Just some short one-shot fanfic..it's inspired by the song Electro-shock blues by Eels.
Featuring my dear husband,Aoi-sama! luv yu,hon.
Mataku masih menatapnya dalam kaca satu arah ini,tak percaya bahwa wanita yang meringkuk memegangi tubuhnya sendiri itu adalah kekasihku.Dia orang yang sangat ceria,ramah baik dan bersemangat,bahkan semua teman-temanku menyukainya.Terakhir kali aku melihatnya dia bahkan terlihat biasa saja,tidak ada tanda-tanda kesedihan atau penderitaan di wajahnya yang manis,bahkan ketika pesawat yang akan membawaku ke Eropa mulai kunaiki,dia masih melambaikan tangannya dengan sangat ceria.
Sekarang yang kulihat hanyalah seorang wanita berwajah kuyu dan kurus,tulang-tulang di wajahnya seolah akan mengoyak kulitnya,kantung matanya hitam tebal,tubuhnya kurus.
Aku tak sanggup menatapnya,kualihkan pandanganku pada Reita yang menemaniku di sini,dia sedang duduk di kursi dekatku.
"Aoi,duduklah."katanya
"Aku berdiri saja.Sudah beritahu Kai?aku takut dia khawatir."
"Ya,baru saja kutelepon."
Lelaki separuh baya berjubah putih menghampiriku,dia menyalami kami berdua.Wajahnya letih dan di tanganku terdapat bekas cakaran yang memerah,bekas usahanya mencoba menenangkan kekasihku.
"Tuan Shiroyama,maaf membuat anda menunggu."katanya ramah.Aku menggelengkan kepala.
"Ada apa dengannya,dok?"perasaanku sudah campur aduk.Dokter menghela napas letih dan mengusap lengannya sendiri.
"Dia menderita major depressive disorder"
"Depresi?"tanya Reita,dokter itu mengangguk.
"Biasanya disebabkan banyaknya tekanan atau trauma masa kecil.Kami mencoba berbicara dengannya,coba mengetahui apa penyebabnya,tampaknya trauma masa kecilnya kembali terulang."Aku hanya terdiam,keputar lagi kepalaku ke arahnya.Matanya sayu seperti ingin menangis.Dia menggigit kukunya sendiri,tampak paranoid.
"Bagaimana kejadiannya?"tanyaku tanpa berpaling.
"Kami menerima telepon dari kantornya,mengatakan kalau dia berteriak di kantornya.Kami membawanya ke sini dan memberi obat penenang.Ketika kami periksa kesehatannya,ternyata dia menelan obat tidur dengan rutin,juga kami menemukan bekas luka pada pergelangan tangannya."
Dia melanjutkan,"Dia tak pernah tidur,tuan Shiroyama.Tidak pernah makan,juga tidak mau menangis.Dia tidak menunjukkan emosi apapun,tidak pernha berbicara ataupun beraktifitas lainnya.Terkadang dia berteriak dalam tidurnya."
Apa?ku putar kepalaku sekarang,menemukan wajah letih sang dokter"Apakah dia bisa sembuh?"
Dokter menghela napas lagi"Kasus ini akut,tuan.Kami menemukan dia juga pernah mengalami ini ketika remaja,asalkan tidak ada pemicunya,kami yakin dia tidak apa-apa.Tapi melihat keadaannya sekarang,untuk pulih akan sangat lama dan memerlukan banyak waktu.Saya sarankan dia dirawat di sini."
Dirawat?di rumah sakit jiwa?rumah sakit ini bahkan sangat menyeramkan,dengan aura depresi yang menyelimutinya,bukankah dia malah akan semakin depresi?
Tapi jika dia kubawa pulang,akankah aku sanggup merawatnya?
perasannku berkecamuk,dan aku sampai pada titik dimana aku hanya ingin berpikir sendiri.Kututupi mukaku dengan tangan,pusing dengan masalah ini semua,sebagian karena jetlag.
Sayangku,di sana,meringkuk ketakutan.Kulihat wajahnya dan aku menemukan wanita yang kucintai terlihat sedang berjuang melawan apa yang menimpa dirinya...sendirian.
Tidak!tidak akan kubiarkan dia berjuang sendirian,karena aku tahu dia pasti merasa sangat menderita.Apapun yang terjadi,dia tetap wanita yang sangat kucintai.Wanita yang selalu membuatku tersenyum,wanita yang selalu membuatkan kopi untukku di pagi hari sambil mengecup pipiku lembut.Wanita yang selalu ada,bahkan ketika dia harus merelakan pekerjaannya,hanya untuk mengurusiku yang sakit flu.Wanita yang memberiku ucapan selamat ulang tahun ketika dia terbaring di rumah sakit karena operasi usus buntunya,yang menyiapkan pesta ulang tahun band kami secara sembunyi-sembunyi.
Wanita yang selalu kucintai selamanya,berbaring di sana,tak berdaya.
Aku akan membawanya pulang,pulang ke rumah kami.
"Boleh aku bertemu dengannya?"tanyaku.Dokter terlihat sangat terkejut,namun mengangguk.Perlahan dia membuka pintu besi,membuat pasien di dalam ruangan kaget.Aku maju perlahan,dia melihatku dengan matanya yang sayu.
"Yuu?"dia berbisik perlahan,suaranya rapuh.Aku meletakkan tangaku di pipinya perlahan,takut akan menghancurkannya.
"Hai,sayangku.Aku kangen padamu."
Wajahnya berubah sedih,"Maaf,aku...maaf."
Kupeluk dia lembut,meletakkan kepalaku di puncak kepalanya,membelai rambut panjang hitamnya yang lurus."Tidak,tidak.Tenanglah sayang."bisikku lirih di telinganya.
"Yuu...aku ingin pulang."suaranya sepelan hembusan angin,dia menguburkan mukanya di dadaku,aku bisa merasakan sesuatu yang hangat di sana,membasahi kaus putihku.
Air mata.
"Ya,mari kita pulang,sayang.Kau akan baik-baik saja.Aku akan membawamu ke rumah,aku takkan pernah meninggalkanmu,dear"
Dia mengangguk,ketika kusampirkan jaket hitamku dan kusurah Reita mengambil mobil,aku sempat mendengarnay berkata lirih,"I'm gonna be okay,i promise.As long as you here..."
Aku ga depresi kok!sumpah..hanya insomnia..
btw,kenapa ga kukasih nama karakter wanitanya?Itu aku lho...
Depresi emang bahaya lho..it can lead to suicide. Jadi ga bisa kubayangi kalau memang si tokoh cewek sampe ga bisa nangis lagi,kalo dibiarin bisa bunuh diri tuh.
ngomong2 suami saya baik banget yah!! mau dong dipanggil sayang sama situ..
GANTENG BANGET SIH ANDA!!berpikir kenapa anda tidak diturunkan Allah ke indonesia tapi di japon sono!! SUngguh terlalu~
so tired~~~ segini dulu ajalah yak!!
oyasuminasai~~ *ini jam 6 lho.*
No comments:
Post a Comment